Review Buku Speak Up Kalau Kamu Merasa Terganggu: Panduan Tegas untuk Mengatasi Ketidaknyamanan Sosial
Speak Up Kalau Kamu Merasa Terganggu: Panduan Tegas untuk Mengatasi Ketidaknyamanan Sosial - Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada situasi di mana orang-orang di sekitar kita melakukan tindakan yang membuat kita merasa tidak nyaman. Entah itu rekan kerja yang terus-menerus melewati batas, teman yang kerap kali memanfaatkan kebaikan kita, atau bahkan orang-orang asing yang melakukan perilaku tidak pantas. Sayangnya, banyak dari kita memilih untuk diam, enggan berbicara dan bertindak, dengan harapan bahwa masalah tersebut akan hilang dengan sendirinya. Namun, hal ini justru bisa memperburuk situasi.
Dalam konteks inilah buku "Speak Up Kalau Kamu Merasa Terganggu" karya Muhajjah Saratini hadir sebagai sebuah solusi dan pencerahan. Buku ini diterbitkan oleh Buku Bijak dan menawarkan panduan yang relevan bagi mereka yang ingin belajar bagaimana bersikap tegas tanpa perlu merasa bersalah atau takut terhadap penilaian orang lain. Dengan tebal 160 halaman, buku ini dirancang untuk membantu pembaca menemukan cara yang efektif dalam mengekspresikan perasaan mereka saat menghadapi situasi yang tidak nyaman.
Mengapa Speak Up itu Penting?
Speak Up, atau berbicara ketika merasa terganggu, bukan hanya tentang sekadar mengungkapkan perasaan. Ini adalah bentuk assertiveness—kemampuan untuk menegaskan hak-hak diri kita tanpa harus menyerang atau melukai perasaan orang lain. Dalam buku ini, penulis menekankan bahwa Speak Up bukanlah cara untuk melampiaskan amarah atau mencari balas dendam. Sebaliknya, ini adalah tindakan untuk memperjelas batasan diri kita, sehingga orang-orang di sekitar kita tahu kapan mereka melangkahi batas yang seharusnya tidak dilanggar.
Muhajjah Saratini menekankan bahwa diam atau mengabaikan masalah tidak akan membuatnya hilang. Justru, perilaku pasif ini sering kali mengirimkan sinyal kepada orang lain bahwa apa yang mereka lakukan dapat diterima. Ini mengakibatkan mereka terus melakukan tindakan yang sama, bahkan lebih buruk lagi. Dengan Speak Up, kita tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga menunjukkan kepada orang lain bagaimana kita ingin diperlakukan.
Cara Menyampaikan Speak Up yang Efektif
Salah satu poin kuat dalam buku ini adalah pembahasan tentang bagaimana Speak Up secara efektif. Muhajjah Saratini memberikan beberapa langkah yang bisa diikuti oleh siapa saja yang merasa terganggu, namun ragu untuk menyuarakan perasaannya. Berikut adalah beberapa tips yang dibahas dalam buku ini:
Tetapkan Batasan Sejak Awal Ketika Anda merasa terganggu, penting untuk segera mengekspresikan perasaan Anda. Jangan menunggu terlalu lama hingga rasa tidak nyaman itu berubah menjadi kemarahan atau frustrasi. Semakin cepat Anda menetapkan batasan, semakin kecil kemungkinan orang tersebut untuk melanggarnya di masa mendatang.
Gunakan Bahasa yang Tegas, Namun Tidak Kasar Speak Up tidak harus disampaikan dengan nada yang marah atau kasar. Sebaliknya, penulis merekomendasikan penggunaan bahasa yang tegas namun tetap sopan. Contoh kalimat yang diberikan dalam buku ini antara lain, "Maaf, saya merasa tidak nyaman ketika kamu melakukan itu, bisa tolong berhenti?" Kalimat semacam ini menyampaikan pesan secara jelas tanpa menimbulkan kesalahpahaman.
Fokus pada Perilaku, Bukan Orangnya Buku ini juga mengajarkan bahwa ketika kita berbicara tentang ketidaknyamanan, sebaiknya kita fokus pada perilaku, bukan menyerang orangnya. Misalnya, daripada mengatakan "Kamu selalu membuat aku marah," lebih baik katakan, "Aku merasa terganggu ketika kamu melakukan hal ini."
Bersikap Konsisten Setelah Anda menyampaikan perasaan Anda, konsistensi adalah kunci. Jangan biarkan orang lain kembali melewati batas setelah Anda menetapkannya. Dengan bersikap konsisten, Anda mengajarkan kepada orang-orang di sekitar Anda bahwa Anda serius dengan apa yang Anda katakan.
Keberanian untuk Melawan Budaya Pasif
Salah satu masalah utama yang disoroti oleh Muhajjah Saratini dalam buku ini adalah budaya pasif yang masih melekat dalam banyak masyarakat, termasuk di Indonesia. Banyak dari kita tumbuh dengan ajaran untuk menghindari konflik, bersikap ramah, dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Meskipun prinsip-prinsip ini baik, ada saat-saat di mana hal tersebut bisa menjadi bumerang. Ketika kita terlalu fokus untuk menyenangkan orang lain, kita sering kali mengorbankan kesejahteraan diri sendiri.
Buku ini memberikan dorongan kepada pembaca untuk lebih berani dalam menghadapi situasi yang membuat mereka tidak nyaman. Speak Up bukanlah bentuk ketidakpedulian atau egoisme, melainkan cara untuk menjaga keseimbangan antara menjaga hubungan sosial dan mempertahankan martabat pribadi.
Manfaat Speak Up dalam Kehidupan Sehari-Hari
Ketika kita mulai belajar untuk berbicara ketika merasa terganggu, banyak manfaat yang bisa kita rasakan, baik secara pribadi maupun dalam hubungan sosial kita. Berikut adalah beberapa manfaat yang dijelaskan dalam buku ini:
Mengurangi Stres Ketika kita menyimpan perasaan tidak nyaman atau kesal dalam diri kita, hal tersebut dapat menyebabkan stres yang berkelanjutan. Dengan berbicara secara tegas, kita bisa mengurangi beban mental tersebut dan menciptakan rasa lega.
Meningkatkan Kepercayaan Diri Setiap kali kita berhasil Speak Up, kita memberikan sinyal kepada diri sendiri bahwa kita mampu menghadapi situasi sulit. Ini secara bertahap akan meningkatkan kepercayaan diri kita dalam menghadapi situasi serupa di masa depan.
Memperbaiki Hubungan dengan Orang Lain Ketika kita bersikap jujur dan terbuka tentang perasaan kita, hubungan dengan orang-orang di sekitar kita justru akan semakin baik. Orang lain akan lebih memahami apa yang kita rasakan, dan ini bisa menjadi dasar untuk membangun hubungan yang lebih sehat dan saling menghormati.
Mengajarkan Orang Lain untuk Menghormati Kita Dengan berbicara secara tegas, kita mengajarkan kepada orang lain bagaimana cara memperlakukan kita dengan hormat. Ini juga akan mendorong mereka untuk lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan kita di masa depan.
Kritik terhadap Buku dan Isu-Isu yang Diangkat
Meskipun buku ini menawarkan banyak panduan yang berguna, ada beberapa kritik yang mungkin muncul dari pembaca. Beberapa orang mungkin merasa bahwa Speak Up bukanlah solusi untuk semua situasi, terutama dalam konteks budaya di mana hierarki atau usia sangat dihormati. Di beberapa lingkungan, berbicara secara tegas mungkin dianggap sebagai perilaku yang kurang sopan atau tidak pantas.
Namun, Muhajjah Saratini menanggapi kritik semacam ini dengan menekankan pentingnya konteks dalam Speak Up. Ia mengakui bahwa ada situasi-situasi tertentu di mana berbicara secara langsung mungkin tidak cocok. Namun, ia tetap percaya bahwa kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan tegas adalah keterampilan penting yang harus dimiliki oleh setiap individu.
Kesimpulan
"Speak Up Kalau Kamu Merasa Terganggu" adalah buku yang relevan untuk dibaca di zaman sekarang. Di tengah budaya di mana kita sering kali diharapkan untuk menjaga ketenangan demi keharmonisan sosial, buku ini mengajak kita untuk berani mengekspresikan perasaan kita ketika batas-batas pribadi telah dilanggar. Dengan panduan yang praktis dan bahasa yang mudah dipahami, Muhajjah Saratini berhasil menyampaikan pesan penting tentang pentingnya menjaga kesejahteraan diri melalui Speak Up.
Bagi Anda yang ingin mempelajari lebih lanjut dan meningkatkan keterampilan assertiveness dalam kehidupan sehari-hari, Anda bisa mendapatkannya dengan membelinya melalui Tautan yang ada di Bawah ini.
Posting Komentar untuk "Review Buku Speak Up Kalau Kamu Merasa Terganggu: Panduan Tegas untuk Mengatasi Ketidaknyamanan Sosial"